Si Miskin Bermental Kaya

Kisah Nyata
===================================
Sudah hampir 10 tahun menjadi bidan dengan praktek kecil-kecilan di rumah

Kadang pasien mengetuk jam 02.00wib, setelah dapat obat dia bilang, 

"maaf mbak lupa nggak bawa uang karena tadi buru-buru, besok ya mbak"

Dan mereka berlalu, lalu kembali seminggu bahkan sebulan kemudian

Ada pula yang melahirkan membayar dengan dicicil atau bahkan lupa

Ah, tidak masalah bagiku, toh rezekiku bukan melulu dari situ

=====================================

Malam itu pukul 23.00wib seorang lelaki lusuh mengetuk pintu rumah, memanggil karen istrinya mau melahirkan, ya aku memang bidan panggilan kala itu

Setelah alat-alat ku siapkan dalam tas, aku dibonceng dengan motor bututnya, namanya pak sardi (samaran) dia seorang pemulung, tiap hari lewat di depan rumah

Singkat cerita, proses persalinannya cukup sulit, san saat itu si ibu ku pasang infus, setelah semua beres pukul 05.00wib aku diantar pulang ke rumah

Seperti biasa selama satu minggu aku memandikan bayinya, setelah lepas pusar biasanya baru ibuny berani memandikan

"Berapa bu biaya istri saya," ujar pak sardi

"400 ribu saja pak (harga yang diluar kewajaran karena biasanya didaerahku 800-1juta, biarlah niatku membantu yg penting uang beli obat dan infus kembali),"

"Besok ya bu, saya kerumah,"

"oh iya pak, nggak apa-apa,"

Hari berganti, bulan berganti tapi si bapak tak kunjung datang membayar

Kesal sudah pasti, tidak perlu munafik aku juga butuh uang, (aku bukan PNS bergaji besar atau bidan desa bergaji bulanan, aku cuma bidan kecil-kecilan buka praktek supaya bisa mengurus anak dirumah), padahal sudah ku korting pikirku, rasanya ingin ku tagih ke rumahnya

Tahun berlalu tak juga pak sardi tak juga membayar, bahkan sekarang tak pernah lagi memulung di sekitar rumahku

Untuk saat itu aku sudah mengikhlaskan, mungkin dia benar-benar tidak ada, ya sudahlah mungkin bukan rezekiku

Tapi sebenarnya bukan uang yang ku peemasalahkan, kalo masalah tidak dibayar, aku sudah biasa dengan hal itu, 

Yang sebenarnya aku mau, datanglah ke rumahku sekedar berterimakasih tak usah membawa apapun, sampaikan kalo memang belum mampu membayar, setidaknya hatiku senang

=========================================

4 tahun kemudian

"Assalamuallaikum,"

"Wa'allaikum salam," ku bukakan pintu

"bu, saya mau minta kartu tanda lahir, mau buat akte,"

"lho memang lahirannya dimana pak, koq minta sama saya (saya benar-benar sudah lupa sama si bapak),"

"ini anaknya bu, lahirannya sudah empat tahun yang lalu tahun 2014, saya mau buat KK, syarat ikut bedah rumah dari desa,"

" lho memang belum saya kasih? (biasanya setelah membayar saya kasih surat lahir)

"belum bu, ini sekalian mau bayar, 400 ribu"

Jleb, baru aku ingat, dia pak sardi

"owalah pak, iya saya ingat, ini surat lahirnya saya buatkan, uangnya dibawa pulang aja,"

"jangan bu, saya kan utang sama ibu, saya baru bisa bayar karena ngumpulin dulu sedikit-sedikit,"

"oh iya, nggak apa-apa pak, simpan aja uangnya,"

"jangan bu, ini buat nebus anak saya, tiap lihat anak saya, jadi ingat belum bayar ibu, saya malu bu makanya nggak pernah mulung sekitar sini lagi,"

Si bapak memaksa dan benar-benar memaksa, akhirnya saya terima uangnya

========================================
Aahh ternyata si miskin itu bermental kaya, sedangkan aku?? Aku bahkan dulu pernah berburuk sangka padanya

Terimakasih pak, sudah mengajarkanku untuk tidak berprasangka buruk pada orang lain

Kadang kita merasa takut kekurangan sampai lupa kalau kita punya Allah Yang Maha Kaya, kalau rezeki tidak kemana..

Hari jumat author ikut ujian CPNS, mohon doa supaya lulus, biar punya modal pengen punya klinik gratis😁
Xem thêm